Senin, 20 Juni 2016

LAPORAN KAMPANYE ISD


LAPORAN KAMPANYE SOSIAL

KEBIASAAN BURUK MENYEBERANG JALAN SEMBARANGAN










                                          Disusun Oleh :


     NAMA                                 KELAS                                      NPM

Ikhwan Arbianto                               1ID08                                             33415256

Luthfi Hidayati                                   1ID08                                             33415905

Muhammad Andi K                         1ID08                                             34415353

Nabila Honsa                                      1ID08                                             34415883

Reza Dwi Ardianto                            1ID08                                             35415822

 



UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK NDUSTRI

2016





KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya dapat terselesaikannya laporan pelaksanaan kegiatan kampanye tentang Bahayanya Menyebrang Jalan Sembarangan dan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO). Laporan ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah softskill.

       Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini.





Bekasi, 16 Juni 2016





                                                                                                   Penyusun







BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tindakan mausia tidak selamanya benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Adakalanya terjadi penyimpangan terhadap nilai dan norma ada. Perilaku manusia yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat disebut perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang diekspresikan oleh seseorang atau kelompok masyarakat yang secara sadar atau tidak sadar atau tidak menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma dan nilai yang sudah baku dimasyarakat.

Salah satu contoh kasus yang menunjukkan adanya perilaku menyimpang dikehidupan masyarakat adalah kebiasaan buruk untuk menyebrang tidak pada tempatnya yang dilakukan pejalan kaki. Jembatan Penyeberngan Orang (JPO) adalah salah satu prasarana bagi pejalan kaki yang penyediannya bertujuan bagi keselamatan pejalan kaki agar aman. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa pemanfaatan JPO tersebut kurang efektif dalam memecahkan permasalahan pejalan kaki dalam menyebrang jalan. Hal ini bisa dilihat pada kenyataan bahwa JPO jarang dipakai dan terkadang disalah fungsikan untuk tempat mangkal gelandangan dan sasaran tempat kejahatan. Para pejalan kaki lebih memilih untuk menyebrang langsung kejalan besar yang sebenarnya dapat membahayakan nyawa mereka sendiri dan pengendara yang lewat dijalan tersebut.

Ironisnya lagi yang sering menjadi suatu pemandangan umum, dimana polisi membantu menyeberangkan sekian masyarakat walaupun didekatnya ada jembatan penyeberangan. Hal ini apakah tanda bahwa aparat kepolisian kurang mensosialisasikan penggunaan jembatan penyeberangan. Seyogyanya, aparat kepolisian dengan sabar dan konsisten memaksa masyarakat menyeberang pada tempatnya, kalau perlu dengan hukuman denda tertentu,yang dilaksanakan secara konsisten, adil, tanpa diskriminasi.







Keengganan penyeberang jalan yang tidak menggunakan JPO tersebut yang mendasari kampanye  ini dilakukan untuk menganalisis efektifitas penggunaaan JPO. Selain itu tingkat penggunaan JPO di masyarakat yang masih rendah tersebut menunjukkan bahwa keselamatan bukanlah satu-satunya variabel yang berpengaruh dalam penggunaan jembatan penyeberangan.

1.2  Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk menganalisis penyalahgunaan jembatan penyeberangan orang (JPO) dan keefektifan penggunaan JPO oleh pejalan kaki serta rekomendasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

1.3 Sasaran Penulisan

Dari tujuan penulisan laporan maka dapat diketahui sasaran yang tepat untuk mencapai tujuan. Sasaran tersebut adalah:

a. Mengidentifikasi perilaku menyimpang yang terjadi di kehidupan masyarakat.

b. Menentukan wilayah studi yang terdapat perilaku menyimpang oleh masyarakat.

c. Menganalisis perilaku menyimpang oleh masyarakat (sebab akibat)

d. Mengidentifikasi rekomendasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh masyarakat.

  



BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum kami melakukan pembuatan laporan ini, kami melakukan observasi di berbagai tempat untuk melihat dimana biasanya banyak orang yang melakukan kebiasaan buruk seperti menyeberang tidak pada tempatnya  dan lokasi tersebut pastinya yang tidak jauh dari JPO agar kita lebih mudah menanyakan alasan dan mewawancarai para penyeberang jalan. Kami memulai proses pembuatan laporan ini dengan melakukan kampanye sosial pada tanggal 2 Mei 2016 kami memilih waktu jam orang pulang kerja dan kami memilih lokasi pertama kami di depan Mall Mega Bekasi, kami memilih tempat itu karena kami sering melihat banyak sekali orang yang berbondong-bondong menyeberang sembarangan. Kami memilih target semua yang menyeberang jalan disana dari orang orang yang baru pulang bekerja hingga anak sms yang menyeberang disana.

Pertama kami meminta izin terlebih dahulu kepada pihak kepolisan setempat dan meminta kepada polisi tentang kampanye yang kita lakukan apakah mereka pro atau kontra dengan kampanye yang kita laksanakan, ternyata polisi sangat mendukung dengan apa yang kita lakukan karena polisi disana mengaku lelah dengan apa yang dilakukan terhadap penyeberang jalan, karena polisi selalu menegur mereka tetapi para penyeberang jalan selalu menghiraukan tersebut dan terus melakukan kebiasaannya tersebut. Polisi juga telah memberikan spanduk yang besar yang berupa selogan dan peringatan agar orang tidak menyeberang sembarangan. Setelah itu kami langsung menanyakan kepada orang orang yang lewat. Kami menanyakan apa alasan mereka mengapa mereka lebih memilih menyeberang jalan sembarangan dibandingkan menyeberang di JPO. Alasan merekapun beraneka ragam mulai dari yang malas jalan menuju jembatan penyeberangan, sedang buru-buru, buang-buang waktu, ikut-ikutan orang yang nyeberang jalan disana dan masih banyak alasan yang lainnya. Dan ada saja orang yang tidak mau kita wawancarai dan langsung pergi meninggalkan kami ketika kami dekati.



Selanjutnya pukul 17.00 WIB, kami melakukan kampanye kami di tempat yang berbeda yaitu di JPO depan Mall Metropolitan kami ingin tahu alasan dari sudut pandang yang berlawanan. Kami menyakan orang orang yang lewat di JPO, dan mereka menilai lebih baik menyeberang di JPO daripada menyeberang sembarangan, walaupun itu sedikit membuang waktu dan lebih sedikit lelah tetapi itu lebih aman.

Kita melanjutkan kampanye kami setelah solat maghrib di bawah JPO depan Mall Metropolitan Bekasi, kami mendapat target yang ingin melewati JPO dan ada juga yang menyeberang sembarangan. Merekapun memiliki alasan yang hampir sama dengan orang orang yang telah kami tanyakan.

Kami Melakukan di lain hari pada tanggal 16 Mei 2016 dan kami memilih lokasi di depan Islamic Center Bekasi. Kami memilih waktu yang sama yaitu pukul 15.00 karena itu waktu dimana orang pulang bekerja. Kami mengambil lokasi di atas jembatan memantau orang-orang yang menyeberang sembarangan dan meminta pendapat kepada orang yang melewati JPO untuk menyeberang jalan. Tidak hanya anak muda, namun orang tua pun berani menyeberang jalan sembarangan bahkan sudah ada yg kira-kira berumur 60 tahun masih berani menyeberang sembarangan. Mereka tidak mau meluangkan sedikit waktunya dan energinya agar kesalamatannya lebih aman. Kami melakukan kampanye hingga pukul 18.00 dan banyak yang mendukun aksi kita tidak hanya orang tua yang mendukung, namun ada juga remaja anak sekolahan yang berpikiran terbuka ikut mendukung aksi kampanye yang kami lakukan







BAB III

PENUTUP



3.1  Kesimpulan



              Menurut hasil kampanye sosial yang telah kami lakukan dan mengambil beberapa sampel dari orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk menyeberang sembarangan dan orang yang telah sadar akan bahaya menyeberang sembarangan. Mereka memiliki alasan yang hampir sama, mengapa mereka menggunakan JPO dan mengapa mereka tidak menggunakan JPO dan lebih memilih menyeberang sembanrangan. Adapun kesimpulan yang kami dapatkan bahwa para pejalan kaki sebagian besar tidak menggunakan dan tidak memanfaatkan jembatan penyeberangan umum karena letak jembatan yang sedikit jauh dari tempat orang itu berada, sehingga pejalan kaki malas untuk jalan kesana. Dan mereka menilai menyeberang menggunkan penyeberangan jembatan umum lebih membuang waktu karena lebih cepat jika menyeberang langsung. Orang-orang tersebut tidak akan berhenti menyeberang sembarangan jika masih ada orang lain yang menyeberang sembarangan. Jadi pada intinya orang-orang hanya ikut-ikutan meniru orang yang berani menyeberang sembarangan. Dan menurut orang-orang yang telah menggunakan JPO untuk menyeberang , mereka menyadari keselamatan lah hal yang utama. Mereka merelakan sedikit waktunya demi mengutamakan keselamatannya.





3.2   Saran-saran

       Berikut merupakan saran kami untuk mengatasi hal tersebut agar tidak terjadi lagi:

-          Seharusnya pihak kepolisian harus lebih tegas lagi menyikapi kebiasaan buruk tersebut, tidak cukup hanya dengan spanduk dilarang menyeberang

-          Kita harus mulai dari diri kita sendiri untuk tidak menyeberang sembarangan, dengan kita melakukan kebiasaan tersebut. Orang-orang lain akan mencontohnya.

-          Mengingatkan orang lain yang bertindak salah, dan ajak mereka agar tidak melakukan hal tersebut lagi.

Demikian saran-saran yang dapat kami berikan, agar tidak ada lagi orang yang berani menyeberang sembarangan.


SEMINAR TEKNIK INDUSTRI





PENERAPAN PROGRAM TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) PADA PERUSAHAAN.

Jika memabaca judul di atas mungkin bagi sebagian pembaca yang mengenal apa itu TPM akan memiliki konotasi “maintenance”, “pemeliharaan”, “teknisi” dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan yang membosankan. TPM adalah sebuah budaya kerja khususnya di bidang manufacturing dan operasional. TPM adalah sebuah “manufacturing tools” yang tetap aplikatif dalam semua kegiatan operasional sejak era Toyota Way hingga Lean Six Sigma.

Melihat dari sejarah itu sendiri, Total Productive Maintenance (TPM) merupakan konsep inovatif Jepang yang berawal dari penerapan Preventive Maintanance pada tahun 1951. Konsep Preventive Maintenance ini sendiri merupakan konsep yang diadopsi dari Amerika Serikat. Nippondenso yang merupakan pemasok Toyota adalah perusahaan pertama yang memperkenalkan konsep TPM pada tahun 1960 dengan slogan Productivity Maintenance with total Employee Participation. Seiichi Nakajima yang saat itu menjabat sebagai Vice Chairman JIOPM (Japan Institute of Plant Maintenance) kemudian dikenal sebagai bapak TPM.

Pada TPM mengikut sertakan pekerja dari bagian produksi untuk ambil bagian dalam kegiatan maintenance tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan semaksimal mungkin. Dengan TPM diharapkan akan terjadi kerjasama yang baik antara bagian maintenance dan Produksi. Kegiatan TPM mencakup :

1.      Operator mesin ikut bertanggung jawab terhadap kondisi mesinnya dan sebisa mungkin harus dapat ikut ambil bagian dalam kegiatan maintenance awal seperti misalnya memberikan pelumasan, membersihkan mesin dan daerah sekitar serta berperan serta aktif dalam inspeksi karena yang pertama kali mengetahui kondisi mesin tersebut adalah operator.

2.      Teknisi-teknisi maintenance hanya akan bertugas pada masalah-masalah serius seperti misalnya apabila ada trouble dan repair.

3.      Dibentuknya staff teknik khusus untuk menganalisa siklus kualitas dari masalah yang timbul, memberikan ide pengembangan yang menguntungkan serta dapat memberikan pandangan tentang maintenance yang berkualitas.

Manajemen Perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam menerapkan Konsep TPM dalam perusahaannya. Tanpa dukungan dan Komitmen yang kuat dari Manajemen dan juga kerjasama semua karyawan perusahaan, Tujuan dan Sasaran program TPM ini akan sulit tercapai.

Tujuan daripada TPM (Total Productive Maintenance) adalah untuk meningkatkan produktivitas pada perlengkapan dan peralatan produksi dengan Investasi perawatan yang seperlunya sehingga mencegah terjadi 6 kerugian besar (Six Big Losses) yaitu :

1.      Breakdown
Kerugian akibat Rusaknya Mesin (Peralatan dan Perlengkapan Kerja)

2.      Setup and Adjustments
Kerugian yang diakibatkan perlunya Persiapan ulang peralatan dan perlengkapan kerja

3.      Small Stops
Kerugian akibat terjadinya gangguan yang menyebabkan mesin tidak dapat beroperasi secara optimal

4.      Slow Running
Kerugian yang terjadi karena mesin berjalan lambat tidak sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

5.      Startup Defect
Kerugian yang diakibatkan terjadi cacat produk saat Startup (saat awal mesin beroperasi)

6.      Production Defect
Kerugian yang terjadi karena banyaknya produk yang cacat dalam proses produksi.

Selain keenam kerugian yang disebutkan diatas, keuntungan lain penerapan Total Productive Maintenance (TPM) adalah dapat menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya.

Tahapan penerapan TPM (Total Productive Maintenance)

Tahapan-tahapan yang diperlukan untuk meenrapkan TPM dalam sebuah perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut :

1.      Melakukan evaluasi awal terhadap tingkat TPM saat ini.

2.      Memperkenal konsep TPM dan mempromosikannya.

3.      Membentuk komite TPM.

4.      Menetapkan kebijakan, Tujuan dan sasaran TPM.

5.      Merumuskan Master Plan untuk pengembangan TPM.

6.      Menyelenggarakan pelatihan (training) terhadap semua karyawan dan pihak yang berkepentingan (stakeholder) terutama yang berkaitan dengan 8 pilar TPM.

7.      Menerapkan proses-proses persiapan.

8.      Menjalankan semua program dan kebijakan TPM guna untuk mencapai tujuan dan sasaran TPM yang telah ditetapkan. 


                   8 pilar dalam TPM






1.      Autonomous Maintenance /Jishu Hozen (Perawatan Otonomous)

Autonomous maintenance atau jishu hozen memberikan tanggung jawab perawatan rutin kepada operator seperti pembersihan mesin, pemberian lubrikasi/minyak dan inspeksi mesin. Dengan demikian, operator atau pekerja yang bersangkutan memiliki rasa kepemilikan yang tinggi, meningkatkan pengetahuan pekerja terhadap peralatan yang digunakannya. Dengan pilar Autonomous maintenance, mesin atau peralatan produksi dapat dipastikan bersih dan terlubrikasi dengan baik serta dapat mengidentifikasikan potensi kerusakan sebelum terjadinya kerusakan yang lebih parah.

2.      Planned maintenance (perawatan terencana)

Pilar planned maintenance menjadwalkan tugas perawatan berdasarkan tingkat rasio kerusakan yang pernah terjadi dan/atau tingkat kerusakan yang diprediksikan. Dengan Planned Maintenance, kita dapat mengurangi kerusakan yang terjadi secara mendadak serta dapat lebih baik mengendalikan tingkat kerusakan komponen.

3.      Quality Maintenance (peruwatan kualitas)

Pilar Quality maintenance membahas tentang masalah kualitas dengan memastikan peralatan atau mesin produksi dapat mendeteksi dan mencegah kesalahan selama produksi berlangsung. Dengan kemampuan mendeteksi dan mencegah kesalahan selama produksi berlangsung. Dengan kemampuan mendeteksi kesalahan ini, proses produksi menjadi cukup handal dalam menghasilkan  produk sesuai dengan spesifikasi pada pertama kalinya. Dengan demikian, tingkat kegagalan produk akan terkendali dan biaya produksi pun menjadi semakin rendah.

4.      Focused Improvement / kobetsu kaizen (Perbaikan yang terfokus)

Membentuk kelompok kerja untuk secara proaktif mengidentifikasi mesin/peralatan kerja yang bermasalah dan memberikan solusi atau usulan-usulan perbaikan. Kelompok kerja dalam melakukan Focused Improvement juga bisa mendapatkan karyawan-karyawan yang bertalenta dalam mendukung kinerja perusahaan untuk mencapai targetnya.

5.      Early Equipment Management (Manajemen awal pada peralatan kerja)

Merupakan pilar TPM yang menggunakan kumpulan pengalaman dari kegiatan perbaikan dan perawatan sebelumnya untuk memastikan mesin baru dapat mencapai kinerja yang optimal. Tujuan dari pilar ini adalah agar mesin atau peralatan produksi baru dapat mencapai kinerja yang optimal pada waktu yang sesingkat-singkatnya.

6.      Training dan Education (Pelatihan dan pendidikan)

Pilar Training dan Education ini diperlukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan saat menerapkan TPM ( Total Productive Maintenance). Kurangnya pengetahuan terhadap alat atau mesin yang dipakainya dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan tersebut dan menyebabkan rendahnya produktivitas kerja yang akhirnya merugikan perusahaan.

Dengan pelatihan yang cukup, kemampuan operator dapat ditingkatkan sehingga dapat melakukan kegiatan perawatan dasar sedangkan teknisi dapat dilatih dalam hal meningkatkan kemampuannya untuk melakukan perawatan pencegahan dan kemampuan dalam menganalisis kerusakan mesin atau peralatan kerja. Pelatihan pada level manajerial juga dapat meningkatkan kemampuan manajer dalam membimbing dan mendidik tenaga kerjanya (mentoring dan Coaching skills) dalam penerapan TPM.

7.      Safety, Health and Environment (Keselamatan, Kesehatan dan lingkungan)

Para pekerja harus dapat bekerja dan mampu menjalankan fungsinya dalam lingkungan yang aman dan sehat. Dalam pilar ini, Perusahaan diwajibkan untuk menyediakan Lingkungan yang aman dan sehat serta bebas dari kondisi berbahaya. Tujuan pilar ini adalah mencapai target tempat kerja yang Accident Free (tempat kerja yang bebas dari segala kecelakaan).

8.      TPM in Administration (TPM dalam Administrasi)

Pilar selanjutnya dalam TPM adalah menyebarkan konsep TPM ke dalam fungsi Administrasi. Tujuan pilar TPM in Administration ini adalah agar semua pihak dalam organisasi (perusahaan) memiliki konsep dan persepsi yang sama termasuk staff administrasi (pembelian, perencanaan dan keuangan).



Manajeman perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam menerapkan konsep TPM dalam perusahaannya. Tanpa dukungan dan komitmen yang kuat dari manajemen dan juga kerjasama semua karyawan perusahaan, Tujuan dan sasaran program TPM ini akan sulit tercapai.

Kamis, 14 April 2016

ISD (Masalah Sosial)



MUHAMAD ANDI KURNIAWAN
1ID08
34415353


Penggusuran yang terjadi di kolong tol warakas



Rencana pembongkaran rumah hunian di kolong tol khususnya di daerah kelurahan warakas, jakarta utara akan dilakukan oleh lurah warakas yaitu sri suhartini. Saya mencoba mereporteri lurah warakas ibu sri yang lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah saya, saya menanyakan “ibu, kira-kira rencana yang akan ibu lakukan akan dimulai kapan ?”. dengan lugas dan sikap tegas yang dimilikinya beliau menjawab pertanyaaan saya, “Insya allah nantilah setelah penertiban di luar batang sudah selesai kami akan gencarkan niatan untuk melakukan penggusuran di kolong tol tersebut. Masalahnya kolong tol wilayah warakas dimanfaatkan untuk lapak usaha barang bekas dan tempat tinggal. Umumnya mereka warga pendatang dan kami telah enam kali mengirim surat himbauan pengosongan tempat,”.

Ia mengaku wilayahnya yang dilintasi kolong tol priok-pluit berada di RW 08,09,10 Dan 12. Pihaknya berjanji dalam waktu dekat penghuni dan bangunan liar kolong tol yang banayak digunakan untuk kegiatan usaha akan di bersihkan.







Beliau menambahkan “Tak lama lagi bangunan liar yang dikolong tol kelurahan warakas akan dilakukan penertiban, kita tinggal menunggu koordinasi secara terpadu kerena dari awal surat himbauan sudah kami sampaikan. Kami akan tata kolong tol dan kami rencanakan untuk RPTRA,”jelasnya. Seperti yang diungkapkan lurah warakas terkait masih banyaknya penghuni dan bangunan liar di kolong tol yang merupakan bagian dari tugasnya untuk menertibkan. Selain kelurahan warakas, wilayah kolong tol kelurahan tetangga seperti papanggo dan sungai bambu juaga akan digusur.

Sementara itu kurang rasanya apabila saya tidak menanyakan juga dengan wilayah RW yang terkena penggusuran tersebut, lalu saya mencoba menanyakan dengan ketu RW 10 warakas bapak Dedi mulyadi. Dia mengakui lingkungan kolong tol kumuh dan banyak dimanfaatkan warga pendatang. “saya mendukung adanya penertiban, karena lingkungan kami jadi kumuh dan yang menghuni bukan warga kami sendiri. Mereka kebanyakan pendatang yang menempatkan kolong tol untuk kegiatan usaha dan lainnya,” kata pak Dedi kepada saya.

 Dari kedua narasumber yang saya wawancarai beliau berharap kolong tol bisa digunakan dengan sebagaimana semestinya seperti membangun taman penghijauan, dan apabila ingin di bangun ruang terpadu ramah anak (RPTRA) pasti akan lebih pantas. Saya juga setuju atas harapan dari kedua narasumber tersebut, para penghuni kolong tol itu juga kebanyakan warga yang tidak memiliki KTP jakarta maka dari itu kata bu lurah orang-orang tersebut akan kami kembalikan ketempat asalnya masing-masing. Apalagi kumuh itu juga termasuk faktor dari kurangnya ruang lingkup yang nyaman. Lagian tujuan ini baik untuk kita juga agar jakarta sehat dan rapi, Kalo jakarta sehat dan nyaman kita juga kan yang senang. Mungkin itu saja yang saya sampaikan. Terima kasih

Kamis, 17 Maret 2016

ILMU SOSIAL DASAR



Masalah Sosial “Pengangguran”

Banyaknya pengangguran

Pengangguran merupakan salah satu contoh dari permasalahan sosial saat ini,  meningkatnya jumlah pengangguran biasanya disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat sedangkan jumlah lapangan kerja yang masih terbatas atau masih sedikit. Pada hal ini menjadi PR besar untuk pemerintah untuk bisa menanggulangi masalah pengangguran yang di alami rakyat indonesia.


Dampak yang akan terjadi dari penyebab sedikitnya lapangan pekerjaan yaitu pengangguran meningkat pesat, setiap ada lowongan kerja yang di buka semua orang saling berebut dalam mendapatkannya karena lowongan yang disediakan sangat minim sekali tidak sesuai dengan pendaftar kerja yang datang.Mungkin dampak lain yang akan terjadi, orang lebih memilih jalan yang  sanagat keji seperti halnya menyopet, maling, hingga menjadi begal yang saat-saat ini sering terjadi di indonesia. Seharusnya hal itu tidak baik untuk dilakukan.


Kemiskinan juga salah satu dari penyebab pengangguran yang terjadi, bagaimana tidak andaikan orang tidak kerja apakah dia bisa memenuhi kehidupannya sehari-hari  akhirnya dia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam kehidupan, diantaranya seperti: sandang, pangan dan papan. Kehidupan mereka akhirnya tidak jelas pada setiap hari-harinya.
Padahal pada masa bapak sby pemerintah indonesia juga meluncurkan program penanggulangan kemiskinan dan pengangguran seperti BLT (bantuan langsung tunai), KUR (kredit usaha rakyat), dan masih banyak lagi program-program lain. Akan tetepi belum bisa menuntaskan masalah dari jurang masalah ini yang semakin hari semakin menyiksa dan menganiaya.Semua masalah ini tidak hanya terjadi di daerah perkotaan saja akan tetapi juga berdampak di plosok desa-desa di indonesia, memang sangat sulit sekali menaggulangi masalah ini.
Pesan saya semoga para pemerintah bisa terus mengevaluasi untuk terus merencanakan serta mengambil sebuah kebijakan yang dapat membawa indonesia keluar dari jurang pengangguran. Tidak hanya dari pihak pemerintah, semoga saja dari para mahasiswa setelah lulus dapat membuka lapangan kerja  yang dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran tersebut. Amiin...